Saturday, December 31, 2011

drama


Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca teks drama
Kompetensi Dasar :
Mengidentifikasi berbagai unsur drama ( tokoh, sifat, latar, jalan cerita, amanat) teks drama anak
Indikator :
  • Mampu menjelaskan cara  mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, dan amanat) dari teks drama anak.
  • Mampu mengidentifikasi unsur-unsur cerita drama anak
Materi
Drama berisi dialog antar berapa tokoh disertai akting yang sesuai dengan petunjuk pemeranan. Oleh karena itu, dalam membaca drama kamu hendaknya dapat berlaku sebagai tokoh yang kamu perankan. Misalnya, jika mendapat tugas memerankan tokoh orang gila, kamu harus bisa bertingkah laku seolah-olah sebagai orang gila (baik dialog yang diucapkan maupun gerak-gerik tubuhnya). Jika mendapat tugas memerankan tokoh dokter, kamu harus bisa bertingkah laku seolah-olah sebagai dokter.
Seperti halnya prosa, drama juga mempunyai unsur-unsur. Unsur-unsur dalam drama meliputi tokoh dan sifatnya, latar, tema, alur/jalan cerita, dan amanat.
1. Tokoh dan sifatnya
Tokoh adalah pelaku dalam drama. Sifat atau watak tokoh dapat diketahui dari perkataan dan perbuatannya. Misalnya tokoh yang suka memfitnah teman, memiliki sifat jahat.
2. Latar
Latar adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa. Latar dibedakan atas latar waktu, tempat, dan suasana.
a. Latar waktu, misalnya, pagi hari, siang hari, malam hari.
b. Latar tempat, misalnya, di rumah, di jalan, di sekolah, di pasar, dan sebagainya.
c. Latar suasana, misalnya suasana gembira, sedih, cemas, dan sebagainya.
3. Tema
Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan naskah drama. Tema harus dirumuskan sendiri oleh pembaca melalui keseluruhan peristiwa dalam cerita (drama).
4. Alur atau jalan cerita
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita (drama) yang saling berhubungan. Alur terdiri atas sebagai berikut.
  • Eksposisi atau pemaparan, yaitu ppengarang mulai mengenalkan tokohtokohnya.
  • Pertikaian, yaitu tahap alur yang menggambarkan mulai adanya pertikaian, baik antar tokoh maupun pada diri seorang tokoh.
  • Klimaks, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa persoalan yang dihadapi tokoh mencapai puncaknya.
  • Leraian, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa persoalan mulai menurun.
  • Penyelesaian, yaitu tahap yang menggambarkan bahwa persoalan selesai.
Apabila tahap-tahap di atas disajikan oleh pengarang secara urut dari tahap pemaparan hingga penyelesaian, dinamakan alur maju. Apabila tahap-tahap alur di atas disajikan secara mundur, disebut alur mundur. Apabila disajikan secara gabungan antara maju dengan mundur, dinamakan alur gabungan.
5. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam drama. Amanat berhubungan erat dengan tema. Amanat dapat dirumuskan setelah tema berhasil dirumuskan.
DRAMA
DRAMA 
C
AT
H
ITAM MENDAKWA 
Pentas menggambarkan halaman belakang sekolah. Ada tembok bagian bagianbelakang sekolah itu. Di dekat tembok ada  semacam bangku panjang yang sudah luntur wana catnya terletak di sebelah kiri. Tampak pada tembok coret-coretan yang dibuat dengancat
:
PROTHOLS, XELEX, THORAX, dan lain-lainnya. Tampaknya, coretan itu belum lamadibuat. Catnya belum kering benar. Tatkala lakon ini berlangsung, waktu menunjuk saat istirahat. Dari sebelah kirimuncul dua orang anak, siswa dan siswi. Tuti menarik tangan bakri.  Tuti
:
(Nada mengajak) Lihat itu! Ayo, cepat. (Menarik tangan Bakri) Lihat itu.(Mereka tiba di depan tembok yang bercoret -coret dan memandangi tulisan itu.Tentu saja, Mereka membelakangi penonton, tetapi tidak perlu dipersoalkankarena ada alasannya).     Nah, percaya tidak kamu? Bakri
:
Gila! (Menyentuh coretan). Catnya belum kering benar, Tut. PadahalTembok ini baru dikapur oleh Pak Dullah seminggu yang lalu, ya k an? Tuti
:
(Berjalan menuju bangku dan duduk) Ya, aku juga tahu itu. Terlalu!Bakri
:
(Membalik ke arah Tuti) Siapa yang terlalu ?Tuti
:
Yaaaa««« siapa lagi ?Bakri
:
Jadi, kamu juga sependapat dengan Pak Guru bahwa si Muhdom yangmembuat coret-coret ini?Tuti
:
Aku tidak bilang sependapat, aku hanya mengatakan siapa lagi kan ?
Bakri
:
(Mendekati Tuti) Maksudmu siapa? (Duduk) siapa? Tuti
:
Aku tidak tahu. (Berdiri, berjalan ke arah tembok, kemudian membalik kemembalik ke arah Bakri).Tapi, kalau aku piker bahwa di sekolah kita hanya Muhdom yang seringmembantu Pak Guru membuat dekorasi panggung, hiasan kelas, dansebangsanya itu. Mungkin dugaan Pak Guru tidak terlalu salah. Bakri :  Ah, kamu ini, Tut. (Berdiri) Masak Muhdom? Dia sahabatku. Dan itu tidakmungkin. Tuti        :  Selama sahabatmu bukan malaikat, kemungkinan selalu ada. Lagi pula,siapa        yang pintar main-main cat seperti ini kecuali Muhdom? Bakri     :  Jika kemungkinan selalu ada, aku menduga ini perbuatan Nyoman
Tuti       :  Maksudmu Nyoman sahabatku? Itu tuduhan tidak berdasar. Bakri     :  (Tersenyum) Naaaah, kalau menurut kamubukan Nyoman, menurut aku,juga bukan Muhdom yang membuat coret-coretan ini. (Berjalan ke bangku danduduk) Kita memang tidak tahu. Kamu tidak mengerti, aku pun demikian pula.Huh !! (Memandangi tulisan itu) (Terdengar beberapa anak memanggil -manggil, ³Tut, Tuti.´)Tuti       : (Berteriak) Aku disini«..!!! (Ita,Tarso,dan Bardas muncul«.)Bardas :  Tut, Muhdom akan disidang nanti selepas jam terakhir !!! (MenatapCoretan dan mendekatinya, lalu geleng -geleng kepala tujuh kali) Tuti      :  oh, ya ? (Memandang Bakri) Bakri    :  (Kaget,lalu berdiri) Apa? Ita        :  Ya, si Muhdom!!! Kasihan, dia. (Melihat coretan, lalu geleng -gelengKepala delapan kali)  Tarso   :  Bagaimana, Kri. Dia kan sahabatmu««? Bakri    :  (Menahan marah) Gila!!! Pak Guru bilang begitu? (kepada Ita) Ita        :  Bukan, bukan Pak Guru. Bakri    :  Lalu si«««.. Tarso   :  (memotong) Tanjir yang ngomong. Bakri    :  Tanjir yang berbicara dan kalian percaya ? Bardas :  Habis, dia keluar dari ruangan guru terus bilang begitu. Siapa tidakPercaya?  (Semua terdiam, saling memandang. Sepi berlangsung tujuh detik. Bakri berjalanpelan-pelan menuju bangku lalu duduk. Berpikir. Ita mendekatinya dan duduk disebelahnya. Musik terdengar keras, gemuruh, lalu perlahan -lahan lenyap).
UNSUR-UNSUR INTRISIK DRAMA 

TEMA
Memecahakan masalah untuk mencari tahu siapa yang mencoret -coret temboktembok sekolah. 
ALUR/ PLOT
Drama di atas menggunakan alur maju. 
PERWATAKAN/ PENOKOHAN

Tuti
berburuk sangka 
Bakri
suka membela teman 
Tarso
suka menyindir  
Bardas
gampang percaya 
Ita
baik 
Tanjir 
suka mengadu 
LATAR/ SETTING
Di halaman belakang sekolah, waktu istirahat. 
SUDUT PANDANG
Drama tersebut menggunakan sudut pandang orang ketiga.  
MAJAS
Pleonasme pada kalimat ³selama sahabatmu bukan malaikat´. 

DIALOG
Dialog dilakukan oleh enam orang 

PARA PELAKU
1.Tuti                    4. Bardas2.Bakri                  5.  Ita3.Tarso                 6.  Tanjir   

AMANAT/ PESAN

Janganlah mencoret-coret tembok sembarangan dan jagalah kebersihan. 
Janganlah berburuk sangka terhadap orang lain.
DRAMA
DRAMA 
C
AT
H
ITAM MENDAKWA 
Pentas menggambarkan halaman belakang sekolah. Ada tembok bagian bagianbelakang sekolah itu. Di dekat tembok ada  semacam bangku panjang yang sudah luntur wana catnya terletak di sebelah kiri. Tampak pada tembok coret-coretan yang dibuat dengancat
:
PROTHOLS, XELEX, THORAX, dan lain-lainnya. Tampaknya, coretan itu belum lamadibuat. Catnya belum kering benar. Tatkala lakon ini berlangsung, waktu menunjuk saat istirahat. Dari sebelah kirimuncul dua orang anak, siswa dan siswi. Tuti menarik tangan bakri.  Tuti
:
(Nada mengajak) Lihat itu! Ayo, cepat. (Menarik tangan Bakri) Lihat itu.(Mereka tiba di depan tembok yang bercoret -coret dan memandangi tulisan itu.Tentu saja, Mereka membelakangi penonton, tetapi tidak perlu dipersoalkankarena ada alasannya).     Nah, percaya tidak kamu? Bakri
:
Gila! (Menyentuh coretan). Catnya belum kering benar, Tut. PadahalTembok ini baru dikapur oleh Pak Dullah seminggu yang lalu, ya k an? Tuti
:
(Berjalan menuju bangku dan duduk) Ya, aku juga tahu itu. Terlalu!Bakri
:
(Membalik ke arah Tuti) Siapa yang terlalu ?Tuti
:
Yaaaa««« siapa lagi ?Bakri
:
Jadi, kamu juga sependapat dengan Pak Guru bahwa si Muhdom yangmembuat coret-coret ini?Tuti
:
Aku tidak bilang sependapat, aku hanya mengatakan siapa lagi kan ?
Bakri
:
(Mendekati Tuti) Maksudmu siapa? (Duduk) siapa? Tuti
:
Aku tidak tahu. (Berdiri, berjalan ke arah tembok, kemudian membalik kemembalik ke arah Bakri).Tapi, kalau aku piker bahwa di sekolah kita hanya Muhdom yang seringmembantu Pak Guru membuat dekorasi panggung, hiasan kelas, dansebangsanya itu. Mungkin dugaan Pak Guru tidak terlalu salah. Bakri :  Ah, kamu ini, Tut. (Berdiri) Masak Muhdom? Dia sahabatku. Dan itu tidakmungkin. Tuti        :  Selama sahabatmu bukan malaikat, kemungkinan selalu ada. Lagi pula,siapa        yang pintar main-main cat seperti ini kecuali Muhdom? Bakri     :  Jika kemungkinan selalu ada, aku menduga ini perbuatan Nyoman
Tuti       :  Maksudmu Nyoman sahabatku? Itu tuduhan tidak berdasar. Bakri     :  (Tersenyum) Naaaah, kalau menurut kamubukan Nyoman, menurut aku,juga bukan Muhdom yang membuat coret-coretan ini. (Berjalan ke bangku danduduk) Kita memang tidak tahu. Kamu tidak mengerti, aku pun demikian pula.Huh !! (Memandangi tulisan itu) (Terdengar beberapa anak memanggil -manggil, ³Tut, Tuti.´)Tuti       : (Berteriak) Aku disini«..!!! (Ita,Tarso,dan Bardas muncul«.)Bardas :  Tut, Muhdom akan disidang nanti selepas jam terakhir !!! (MenatapCoretan dan mendekatinya, lalu geleng -geleng kepala tujuh kali) Tuti      :  oh, ya ? (Memandang Bakri) Bakri    :  (Kaget,lalu berdiri) Apa? Ita        :  Ya, si Muhdom!!! Kasihan, dia. (Melihat coretan, lalu geleng -gelengKepala delapan kali)  Tarso   :  Bagaimana, Kri. Dia kan sahabatmu««? Bakri    :  (Menahan marah) Gila!!! Pak Guru bilang begitu? (kepada Ita) Ita        :  Bukan, bukan Pak Guru. Bakri    :  Lalu si«««.. Tarso   :  (memotong) Tanjir yang ngomong. Bakri    :  Tanjir yang berbicara dan kalian percaya ? Bardas :  Habis, dia keluar dari ruangan guru terus bilang begitu. Siapa tidakPercaya?  (Semua terdiam, saling memandang. Sepi berlangsung tujuh detik. Bakri berjalanpelan-pelan menuju bangku lalu duduk. Berpikir. Ita mendekatinya dan duduk disebelahnya. Musik terdengar keras, gemuruh, lalu perlahan -lahan lenyap).
UNSUR-UNSUR INTRISIK DRAMA 

TEMA
Memecahakan masalah untuk mencari tahu siapa yang mencoret -coret temboktembok sekolah. 
ALUR/ PLOT
Drama di atas menggunakan alur maju. 
PERWATAKAN/ PENOKOHAN

Tuti
berburuk sangka 
Bakri
suka membela teman 
Tarso
suka menyindir  
Bardas
gampang percaya 
Ita
baik 
Tanjir 
suka mengadu 
LATAR/ SETTING
Di halaman belakang sekolah, waktu istirahat. 
SUDUT PANDANG
Drama tersebut menggunakan sudut pandang orang ketiga.  
MAJAS
Pleonasme pada kalimat ³selama sahabatmu bukan malaikat´. 

DIALOG
Dialog dilakukan oleh enam orang 

PARA PELAKU
1.Tuti                    4. Bardas2.Bakri                  5.  Ita3.Tarso                 6.  Tanjir   

AMANAT/ PESAN

Janganlah mencoret-coret tembok sembarangan dan jagalah kebersihan. 
Janganlah berburuk sangka terhadap orang lain.
Description: http://tugino230171.files.wordpress.com/2011/05/drama.jpg?w=593
Dari contoh drama di atas dapat ditentukan unsur-unsurnya :
  1. Tokoh dan sifatnya : Deri bersifat jorok ( Deri membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya, Deri membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya, Kamu jorok sekali, pantas banyak tikus di   kamarmu) .dan Ibu Deri bersifat pemarah ( Deri, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu).
  2. Latar Waktu : Siang hari (suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah) dan malam hari (Suasana malam, Deri tidak bisa tidur). Latar tempat di depan sekolah dan di dalam rumah. Latar suasana lucu
  3. Tema : Menjaga kebersihan
  4. Alur : menggunakan alur maju (pemaparan-pertikaian-klimak-leraian-penyelesaian)
  5. Amanat : Sebaiknya kita membiasakan hidup bersih.
SERIGALA SAKIT GIGI
(Petualangan Kancil dan Kawan-kawan)

Karya: Irvan Mulyadie

Pengantar Penulis :
Dunia anak memang penuh dengan fantasi. Maka tak heran jika perkembangan teknologi sekarang tak pernah luput pula memberikan banyak pilihan guna memenuhi rasa keingintahuan anak sekaligus pelipur lara si kecil. Baik melalui permainan langsung maupun melalui fasilitas game yang disediakan dalam perangkat elektronika. Semisal video game, game wach, play station, game zone, bahkan dalam tayangan televisi.

Agaknya kita semua sudah sepakat, bahwa dampak negatif dari berbagi tayangan serta efek dari permainan yang disediakan untuk anak-anak sekarang ini sangat besar mengandung resiko bagi perkembangan psikologisnya. Terutama akibat permainan atau tayangan tersebut kurang memberikan nilai-nilai pendidikan. Terlebih kita pun tahu melalui pemberitaan di media massa yang akhir-akhir ini sedang gencarnya menyoroti pengaruh buruk dari aneka ragam permainan berbasis elektronika serta tayangan televisi. Bahkan mengakibatkan jatuhnya beberapa korban jiwa dari kalangan anak-anak hanya gara-gara mereka mempraktekan apa yang mereka tonton dan mainkan melalui game Smackdown atau film kartunnya Naruto.

Jelas, di satu sisi proses transfer pengetahuan dari orang tua kepada anaknya belumlah begitu memadai apabila dibandingkan dengan terjangan arus informasi global yang semakin hari kian mengikis nilai-nilai luhur budaya kita. Nah, penulis berharap dengan hadirnya naskah drama sederhana yang dikhususkan untuk anak-anak ini mampu memberikan sedikit angin segar bagi tumbuh kembangnya jiwa anak-anak kita. Paling tidak memberikan semacam cangkul guna menggali inspirasi yang telah terkubur ditengah-tengah padang pasir yang hanya dipenuhi oleh nilai-nilai budaya global yang belum tentu cocok diterapkan dalam bangsa yang majemuk ini.

Terakhir, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada penerbit yang dengan kerelaan dan pengorbanan menerbitkan buku ini. Juga terimakasih sebesar-besarnya bagi para kreator teater dan sanggar-sanggar seni yang telah atau akan mementaskan naskah drama ini. Semoga apa yang kita lakukan ini membawa pencerahan bagi anak-anak kita di masa mendatang. Amin.

Jabat erat,
Irvan Mulyadie


Ringkasan cerita:
Pada suatu saat, Serigala yang terkenal jahat itu menderita sakit gigi. Telah banyak obat yang ia makan namun tak dapat menyembuhkannya. Hingga suatu hari ia bermimpi ditemui oleh seorang nenek sihir yang memberitaukan bahwa jika makan daging tupai maka ia akan sembuh. Dan diculiklah sang Tupai.

Namun Kancil dan teman-temannya tak membiarkan Serigala itu memakan sahabat mereka. Sekuat tenaga, mereka mencari jalan untuk menolong Sang Tupai tersebut. Dan mulailah petualangan yang seru ini.

Selamat menikmati…


Peran-peran :
1. Serigala
2. Kancil
3. Kera
4. Kambing
5. Kucing
6. Kelinci
7. Tikus
8. Ayam
9. Tupai
10. Nenek Sihir
11. Narator


Babak I

Suasana : Malam Hari

Latar Panggung : Hutan Belantara


Narator:
Pada suatu malam di sebuah hutan yang lebat dan terdapat banyak binatang telah terjadi kehebohan. Seekor serigala jahat tiba-tiba mengamuk dengan membabi buta. Sebabnya ialah sang serigala sedang menderita sakit gigi. Tentu saja seluruh binatang jadi takut. Mereka lari dan bersembunyi.

SUARA MUSIK CERIA MENGHANGATKAN SUASANA. BINATANG-BINATANG MUNCUL DENGAN TARIANNYA YANG MENARIK. MEREKA BEGITU AKRAB. TAPI TIBA-TIBA, SUARA TERIAKAN SERIGALA MEMECAHKAN SUASANA. DAN MUSIK MENJADI TEGANG. KAWANAN BINATANG PUN LARI KOCAR-KACIR. MEREKA BERSEMBUNYI DI BALIK SEMAK-SEMAK. CAHAYA LAMPU MEREDUP.

SANG SERIGALA MUNCUL DAN MENGERANG KESAKITAN. IA BERJALAN TERTATIH-TATIH. SUASANA TAMPAK MENCEKAM. SERIGALA ITU TIBA DI TENGAH PANGGUNG DENGAN MERAUNG-RAUNG. TANGANNYA MEMEGANG SEBELAH PIPINYA YANG BENGKAK.


Serigala:
Aduh sakit….. Tolong….. Aduh….. sakit….. aduh…..Tolonglah teman-teman berikan aku obatnya. Aduh, sakit…..!


SANG SERIGALA BERLALU. SUARANYA SEMAKIN LAMA SEMAKIN MENJAUH. DAN LENYAP. PANGGUNG PUN MULAI BENDERANG KEMBALI. BEBERAPA BINATANG MASUK KE ATAS PENTAS DENGAN WAJAH KETAKUTAN. LALU PERGI KE ARAH SEMAK BELUKAR UNTUK BERSEMBUNYI. KANCIL JUGA KELUAR DARI TEMPAT PERSEMBUNYIAN-NYA DENGAN HATI-HATI. IA MENENGOK KIAN KEMARI UNTUK MEMASTIKAN SERIGALA ITU TELAH PERGI.


Kancil:
(berbisik) Kera…. Kera….! Ayo keluar.

Kera:
(dari balik pepohonan) Sssstt….., Aku disini….

Kancil:
(mengedarkan pandangannya) Dimana kamu Kera? Aku tak melihatmu.

Kera:
Disini,…. Aku disini.

Kancil:
(jengkel) Iya, disini itu dimana? Aku tetap tak melihatmu.

Kera:
Ya disini. Cobalah Kancil berjalan dua langkah ke arah kanan.

Kancil :
(kancil menurut) Satu…. dua….

Kera:
Lalu mundur lagi ke arah belakang lima langkah.

Kancil:
Satu, dua, tiga, empat dan lima….. Sudah, kamu dimana?

Kera:
Sekarang putar kepalamu ke arah kiri.

Kancil:
Begini?

Kera:
Ya.

Kancil:
Lalu?

Kera:
(muncul di belakang Kancil dengan mengendap-endap) Dar !

Kancil:
(terkejut) Waduh ampun…..!!!

Kera:
(tertawa terbahak-bahak) Haha….ha…ha….

Kancil:
(bersungut dan marah) Huuh, bilang kek dari tadi. Jangan pakai kejutan segala. Kancil kan jadi takut.

Kera:
Jangan marah dong, Cil. Aku kan hanya bercanda. Hehe….

Kancil:
Bercanda ya bercanda, tapi jangan ngerjain Kancil dong !

Kera:
Oke deh, maaf. Kalau begitu kita pacantel saja….


KERA MENYODORKAN TANGAN, TAPI KANCIL TAK MEMPEDULIKANNYA


Kera:
O, jadi marah beneran nih. Baik kalau begitu. Lihat ini…..


KERA MENGERUTKAN MUKANYA YANG LUCU DAN MULAI BERTINGKAH SUPAYA MEMBUAT KANCIL TERSENYUM. TAPI KANCIL SEOALAH-OLAH TAK MELIHATNYA.


Kera:
Lho, kok gak mempan juga. Ya sudah, aku pulang saja….


BARU SAJA KERA BERJALAN BEBERAPA LANGKAH, TIBA-TIBA KAKINYA TERPELESET MENGINJAK KULIT PISANG. DAN JATUH.


Kera:
Aduh…..!

Kancil:
(tertawa) Rasain….. Makanya kalau buang sampah jangan sembarangan

Kera:
Huh, bukannya menolong malah menertawakan

Kancil:
Ya, salah sendiri

Kera:
O, jadi Kancil tak mau menolong saya?

Kancil:
Baik, deh, baik……


KANCIL MENGAHAMPIRI KERA YANG TERDUDUK DI ATAS TANAH SEMABARI MENYODORKAN TANGANNYA. NAMUN TIBA-TIBA KERA MENARIK TANGAN SANG KANCIL HINGGA TERJATUH BERANGKULAN. KEDUANYA TERTAWA LEPAS. DAN SESAAT MENJADI HENING. KANCIL SEPERTI TERINGAT SESUATU.


Kancil:
Eh, Kera. Apakah kamu melihat apa yang kulihat tadi?

Kera:
(Mengerutkan dahinya) Apa itu Kancil? Tadi kan gelap

Kancil:
(seolah berfikir) Kalau begitu apakah Kamu mendengarkan apa yang tadi kudengar?

Kera:
Mendengar apalagi, Kancil? Kok saya jadi tak mengerti maksudnya .

Kancil:
Ya, mendengar suara dong. Tadi aku mendengar suara yang seperti minta tolong. Begini (menirukan suara Serigala)Aduh sakit….. Tolong…. Aduh….. Aduh……

Kera:
Oooo, yang itu. Iya aku juga mendengar. Memangnya kenapa?

Kancil:
Suara siapa, ya? Kok rasanya saya kenal. Aku ingin sekali menolongnya

Kera:
Ah,….. (membelakangi Kancil) buat apa kita susah-susah menolongnya? Toh kita sendiri tidak tahu siapa yang minta pertolongan itu.

Kancil:
Lho, kok Kera ngomongnya begitu sih? Kita ini kan sesama mahluk ciptaan Tuhan. Jadi sudah seharusnya kita saling menolong. Bukankah dengan tolong menolong itu kita akan mendapatkan pahala, betul kan?

Kera:
Iya, tapi menolong siapa dulu….. Nah, kalau yang kita tolong itu jahat bagaimana? Kita sendiri kan yang jadi repot

Kancil:
Betul juga, ya. Tapi kalau dia baik?

Kera:
Ya tidak tahu…..

Kancil:
Ah, saya punya akal!

Kera:
Apa itu?

Kancil:
Kalau begitu, kita tanyakan saja pada teman-teman kita. Siapa tahu diantara mereka ada yang mengetahuinya. Yuk?

Kera:
Ayo, siapa takut…..


Babak II

Suasana : Malam Menjelang Pagi

Latar Panggung : Hutan Belantara



Narator:

Kemudian, Sang Kancil dan Sang Kera mulai berjalan untuk mencari tahu apa yang terjadi. Mereka bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya di perjalanan. Mereka menemui kawan-kawannya. Tapi sampai pagi menjelang, tak sedikit pun jawaban yang mereka dapatkan. Mereka capek dan akhirnya ketiduran di bawah pohon yang sangat rindang.


Kera:
Aduh, sudah jauh kita ini berjalan kancil. Tapi kita tak mendapatkan sesuatu yang menggembirakan. Gajah tak tahu, kambing tak tahu, burung hantu pun juga tidak tahu. Ah, sia-sia saja.

Kancil:
Iya, tapi kita tak boleh menyerah.

Kera:
Ah, aku sudah lelah

Kancil:
Iya, aku juga (menguap lalu tidur di bawah pohon yang rindang)


Babak III

Suasana : Pagi Hari

Latar Panggung : Hutan Belantara


TERDENGAR SUARA KOKOK AYAM JANTAN. LAMPU MENYALA PERTANDA HARI MULAI BERANJAK SIANG.



Narator:

Pagi telah tiba. Matahari bersinar dengan cerahnya. Binatang-binatang di hutan menyambutnya dengan gembira. Ya, hari itu mereka gembira karena Sang Serigala yang jahat dan sering menggangu mereka itu kini sedang sakit gigi. Serigala itu kini tak bisa menggigit.


MUSIK CERIA PUN BERGEMA. BINATANG-BINATANG MUNCUL DENGAN MATA MASIH MENGANTUK DAN MENGGELIAT-GELIAT. LALU SECARA SERENTAK MEREKA MENARI BERNYANYI DALAM LAGU “SERIGALA SAKIT GIGI”. NAMUN DI TENGAH-TENGAH KECERIAAN ITU PULA MEREKA DIKEJUTKAN OLEH KERA YANG MERASA TERGANGGU TIDURNYA.


Kera:
Stooop…..!!!


MUSIK BERHENTI. SEMUA BINATANG KAGET. MEREKA LARI TERBIRIT-BIRIT DAN BERSEMBUNYI.


Kera:
Berisik,…. Berisik!

Kancil:
(bangun sambil menggosok kedua matanya dengan tangan) Aduh…. Ada apa sih, Kera?

Kera:
Mereka itu, tuh…. Mengganggu kita yang sedang tidur saja.

Kancil:
Siapa?

Kera:
(berdiri dan memutarkan pandangannya)Hey kalian, ayo keluar. Jangan bersembunyi. Keluar !


SEJENAK HENING. TAPI BEBERAPA SAAT KEMUDIAN KAWANAN BINATANG ITU PUN MEMUNCULKAN KEPALANYA. DAN KELUAR SAMBIL MENGGERUTU.


Kambing:
Mbee…… Huuh, saya kira kamu ini Serigala. Ee…. Ternyata Kera.

Kera:
(marah) Iya, ini aku Si Kera. Mau apa?

Kucing:
(melerai) Meoong,….. Eh, sudah-sudah jangan bertengkar. Sesama binatang penghuni hutan jangan saling bermusuhan dong…. Meong.

Kera:
(kepada kucing) Kamu juga sama saja. Pengganggu!

Ayam:
Kukuruyuk….. Aduh-aduh pagi-pagi begini kok sudah ribut-ribut. Oo…oo…. Saya tahu-tahu, rupa-rupanya Sang Kancil-kancil dan Sang Kera-kera ini telah terganggu-ganggu oleh tarian-tarian dan nyanyian kita teman-teman. Dan mereka-mereka ini sedang tertidur-tidur, betulkan?

Kera:
(judes) Hemh….. tau!

Koor:
Ooo, begitu…..

Kambing:
Mbee…… Kalau begitu kami minta maaf Kera. Betul kami tidak tahu kalau kamu sedang tidur di sekitar sini. Betulkan teman-teman?

Koor:
Betul, Kera. Betul Kancil. Kami semua tidak tahu…..

Kancil:
Ah, tidak apa-apa kok. Sebetulnya aku dan Kera ini sedang mencari sesuatu yang membuat kami berdua bingung. Kami sudah berjalan semalaman hingga terlelah dan tertidur disini. Maafkan kami juga ya, teman-teman. Kami bingung….

Koor:
Bingung?

Ayam:
Kukuruyuk, bingung kenapa Kancil?

Koor:
Iya, bingung kenapa Kancil? Bingung kenapa Kera?

Kancil:
Begini teman-teman. Tadi malam saya dan Kera dikejutkan oleh suara aneh.

Koor:
Apa, suara aneh?

Kancil:
Betul Suara aneh.

Kucing:
Meoong….. Aneh, aneh bagaimana kancil?

Kancil:
Begini teman-teman. (menirukan kembali suara Serigala)Aduh sakit… aduh…. Tolong…. Nah, begitu. suaranya.Dan setelah itu kami mencari tahunya hingga sampailah kami kesini.


KEMUDIAN PARA BINATANG ITU SALING BERPANDANGAN MATA. HENING SEJENAK, DAN SETELAH ITU DENGAN SERENTAK MEREKA TERTAWA DENGAN RAMAINYA.


Kancil:
Hei, kok kalian malah tertawa sih….. Apa ada yang lucu, ya?


TAWA MEREKA PUN BERHENTI. DAN TAK LAMA KEMUDIAN MEREKA TERTAWA LAGI.


Kera:
(marah) Stop-stop, berhenti…..! (semua terdiam)

Kucing:
Meoong…. Maafkan kami kawan, rupanya kalian tidak tahu ya?

Kancil:
Apa yang kalian tahu dan tak kita ketahui? Beritahulah segera.

Kucing:
Begini Kancil, begini Kera. Rupanya suara yang kalian berdua dengar itu

adalah suaranya Serigala. Serigala yang jahat itu, mengerti?

Kancil & Kera:
(bersamaan) Ha, Serigala?! (mereka berpelukan dengan gemetar)

Kambing:
Mbeee….. Betul. Suara yang kalian dengar itu adalah suara Serigala.Tapi tenang saja, dia tidak akan apa-apa.Sebab Sang Serigala tengah menderita sakit gigi.

Koor :
Ya, Serigalanya sedang sakit gigi. Jadi Serigalanya tak akan bisa menggigit.

Kancil & Kera:
O, begitu….. (Kancil dan Kera bernafas lega)

Koor :
Iya, Serigalanya sedang sakit gigi. Hahaha……


Narator:
Nah, begitulah teman-teman sekalian. Mereka sangat senang sekali mendengar Serigala yang sedang sakit gigi. Bagaimanapun Sang Serigala memang jahat. Serigala sering mengganggu para binatang. Bahkan memakannya. Namun dengan tiba-tiba, seluruh alam di sekitar hutan itu mendadak gelap gulita. Kancil dan kawan-kawannya menjerit ketakutan. Hingga datanglah seekor Kelinci yang membawa obor di tangannya. Dan mengabarkan bahwa Serigala itu telah menculik Tupai sahabat mereka.


KELINCI DATANG DENGAN OBOR DITANGANNYA. SEMENTARA KAWANAN BINATANG MASIH BINGUNG SALING BERPELUKAN SATU SAMA LAINNYA.


Kelinci:
(terengah-engah) Aduh, kawan-kawan. Ini gawat…..gawat!

Kera:
Eh, rupanya ada Si Kelinci !

Ayam:
E, bener-bener. Itu-itu ada Si kelinci.

Kelinci:
Ya, ini aku. Semuanya menjadi kacau…..kacau!

Kancil:
Emangnya ada apa Kelinci? Kok kamu seperti ketakutan begitu.

Kelinci:
Ya, aku membawa kabar untuk kalian semua.

Koor:
Kabar? Kabar apa kelinci?

Kelinci:
(berjalan ke salah satu sudut panggung, diikuti yang lainnya)Ini kabar buruk teman-teman.

Koor:
Apa, kabar buruk?

Kambing:
Embeee….. Kalau begitu cepatlah kau katakan, Kelinci!

Kucing:
Meoong….. ayo jawab. Jangan bengong begitu……meoong.

Kelinci:
Begini….. (berjalan lagi, diikuti yang lainnya) Katanya, Pak Serigala

yang jahat itu telah menangkap salah seorang sahabat kita.

Koor:
Apa, menangkap sahabat kita?

Kelinci:
Ya, betul sekali.

Kancil:
Siapa itu Kelinci?

Koor:
Ya, siapa yang ditangkap itu? Siapa?

Kelinci:
Yang ditangkap oleh Pak Serigala adalah….. Si Tupai Pohon.

Koor:
Hah,….. Si Tupai?

Kelinci:
Ya, Si Tupai ditangkap untuk dimasak dan dijadikan obat sakit giginya Pak Serigala. Alasannya adalah karena Si Tupai sangat kuat giginya. Dan bagus.

Koor:
Hiiiyyyy….. takuuut……

Ayam:
Kukuruyuk…. Takut sih takut. Tapi kenapa si kucing ngompol?

Kucing:
(tersipu malu) Ma….maaf, aku benar-benar takut.

Kelinci:
Dan satu lagi teman-teman, hari yang sangat gelap ini diakibatkan oleh mantra-mantranya Pak Serigala untuk mengundang Nenek Sihir yang kejam.

Koor:
Hiiiyyyy….. takuuut……

Kambing:
Embeee….. Lantas apa yang harus kita lakukan?

Kancil:
Tentu saja kita harus menolongnya, kawan-kawan. Si Tupai itu kan sahabat kita semua.

Koor:
Apa menolongnya? Hiiiyyyy….. takuuut……!!!

Kelinci:
Tapi bukankah Pak Serigala itu jahat sekali. Jangan-jangan nanti kita sendiri yang dimakannya….

Kera:
Oh, kalau begitu Kambing saja yang menolong. Dia kan punya tanduk.

Kambing:
Enak saja, kamu saja yang bisa naik pohon. Serigala kan tidak bisa menangkap kamu.

Ayam:
Apalagi aku….. ketketokketok!

Koor:
Kamu saja….. Tidak, kamu saja….. Gak mau, kamu saja….!!!

Kancil:
Aha,….. Saya dapat ide!

Koor:
(semua berhenti, lalu berkata) Apa, ide?

Kancil:
Ya, ide. Kita tidak mungkin melawannya tanpa ada kebersamaan.

Kambing:
Maksudmu?

Kancil:
Kitalah yang akan melawan Sang Serigala!

Kucing:
Tapi kan akau takut

Kancil:
Kenapa mesti takut segala? Kita ini banyak. Dan Serigala itu harus kita lawan bersama-sama. Keadilan harus ditegakkan. Serigala itu telah merampas segala ketentraman hutan kita semenjak dulu. Kalau sekarang tidak dilawan, maka selamanya kita akan selalu diliputi ketakutan

Kambing:
Embee…. betul sekali. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.

Kancil:
Sekarang, marilah kita satukan seluruh kekuatan kita, tenaga dan fikiran kita untuk menolong sahabat kita. Setuju?

Koor:
Setuju…..!!!

Kucing:
Kalau begitu aku juga setuju, deh….

Kelinci:
Nah, itu namanya Si Kucing pemberani

Kancil:
Baiklah, sekarang mari ita berunding dan mengatur siasat untuk menghadapi Sang Serigala, Oke?

Koor:
Oke, baiklah Kancil….!!!


Babak IV

Suasana : Sore Hari

Latar Panggung : Sarang Serigala


Narator:

Akhirnya, mereka pun berunding untuk mencari cara membebaskan sahabatnya Si Tupai pohon yang ditangkap Serigala. Sementara di tempat lain, Si Tupai pohon yang baik hati sedang menangis tersedu-sedu. Dia disekap oleh Serigala dalam sebuah kurung yang besar. Tupai takut kalau dirinya akan dimakan hidup-hidup. Kasihan sekali keadaannya…..


TUPAI MENANGIS MERONTA-RONTA DALAM KURUNGAN. IA SUDAH MULAI PUTUS ASA. MUNCULAH SANG SERIGALA DENGAN SOROT MATANYA YANG TAJAM. MENGHAMPIRINYA.


Tupai:
Tolong….. tolong….. lepaskan saya….. Tolong!

Serigala:
(tertawa) Aduh….. aduh…. Aku sakit gigi…. Aduh….. kasihan Si Tupai bodoh ini…..
Aduh….. aku akan segera sembuh……hahaha….

Tupai:
(memelas) Tolong lepaskan saya, Pak Serigala. Saya ingin pulang…..

Serigala:
Apa, melepaskanmu? (tertawa) Enak saja. Aku kan sudah susah-susah menangkapmu. Mana kamu sudah menendang pipi saya yang sedang sakit gigi ini, huh, dasar bodoh.

Tupai:
Tapi kenapa saya dikurungnya disini?

Serigala:
Ha? (tertawa) dasar kamu ini memang bodoh….. He, Tupai kecil. Kenapa aku bisa menculikmu? Karena aku sangat membutuhkanmu. Kenapa aku membutuhkanmu? Karena itu penting sekali. Dan kenapa kamu dikurung disini? Karena kamu tak boleh kabur, mengerti?

Tupai:
Iya, tapi untuk apa saya harus diculik? Saya kan tidak bersalah…..

Serigala:
(mulai jengkel) Aih-aih, dasar kamu Si Tupai bodoh! Ah, tapi baiklah. Aku akan memberi tahumu kenapa aku harus menculikmu Tupai bodoh. Begini, sudah seminggu belakangan ini aku menderita sakit gigi. Lihat….
(menunjukkan mulutnya lebar-lebar) Sudah kau lihat?

Tupai:
(mengangguk)

Serigala:
Nah, sudah kutemui banyak dokter, para penyihir dan dukun-dukun untuk mengobati sakit gigiku ini. Tapi tak satu pun yang dapat menyembuhkannya. Dan sia-sia saja semua obat yang aku makan. Sakit gigiku malah semakin menjadi-jadi. Hingga aku putus asa dibuatnya. Tetapi malam kemarin aku bermimpi….

Tupai:
Mimpi, mimpi apa?

Serigala:
(marah) Diam dulu bodoh, aku juga akan menceritakannya biar kamu tidak penasaran jika kelak aku makan. Begini, di dalam mimpi itu aku bertemu dengan seorang nenek sihir. Dan ia memberikan petunjuk. Katanya…….


LAMPU MEREDUP. SERIGALA DAN KANCIL MEMATUNG. DAN MUNCULAH SEORANG NENEK SIHIR DIANTARA MEREKA. WAJAHNYA SANGAT MENYERAMKAN.


Nenek Sihir:
(kepada Serigala) Hei Serigala yang jahat….. Aku akan memberitahumu sesuatu. Penyakit sakit gigi yang kau derita itu tidak pernah akan sembuh meskipun seribu dukun telah kau kunjungi. Bahkan seribu tahun yang kau habiskan untuk mengobatinya tidak akan menyembuhkan. Sebab penyakitmu adalah kutukan karena engkau terlalu jahat di dunia.

Akan tetapi kamu jangan khawatir. Aku Si Nenek Sihir akan rela membantumu. Ya, aku juga jahat sepertimu. Maka sebagai orang yang sama-sama jahat sudah seharusnya kita saling membantu. Seperti juga orang-orang yang baik saling menolong sesamanya. Baiklah, kau dengarkan baik-baik…...Sakit gigi itu akan sembuh bila engkau memakan daging Si Tupai pohon. Dan gigi Si Tupai itu engkau bakar sebagai persembahan untukku.Sebab aku dendam padanya yang telah mencuri banyak kelapa dari kebunku. Mengerti? Hikhikhik…..


SUASANA KEMBALI SEPERTI SEMULA.


Serigala:
Nah, begitulah ceritanya. Jadi kuculik saja kamu……hahaha…

Tupai:
Dasar penjahat. Demi kepentingan pribadimu, kau korbankan orang yang tak bersalah padamu.

Serigala:
Diam kamu! Bukankah kau ini pencuri juga?

Tupai:
Serigala jahat!

Serigala:
Biarin

Tupai:
Kamu jahat!

Serigala:
Biar

Tupai:
Kamu jahat….. jahat!

Serigala:
Biarin….. biar…..!!! Dasar tupai bodoh. Awas ya, nanti malam kamu akan saya makan….hahaha. Dan mulai saat ini, kamu jangan berteriak-teriak lagi dan membuat kupingku sakit. Mengerti?

Tupai:
(diam saja)

Serigala:
(membentak) mengerti tidak, bodoh…..?!?

Tupai:
Iyy…..ya. Ssaa…saya mengerti.


SERIGALA MEMBALIKAN TUBUHNYA DAN PERGI. TUPAI MERONTA-RONTA DALAM KURUNGAN ITU. NAMUN SARANG ITU BEGITU KUAT DAN TERKUNCI.


Tupai:
(meratap) Oh, Tuhantolonglah hambamu ini. Aku tak mau jadi santapan malamnya Serigala yang jahat. Tolonglah hamba, Tuhan….(Tupai menangis hingga ketiduran)


Babak V

Suasana : Petang

Latar Panggung : Sarang Serigala


Narator:
Akhirnya, kawanan Kancil pun datang dan sampai di tempat persembunyiannya Serigala yang jahat. Dengan mengendap-endap mereka masuk. Hati-hati sekali. Mereka menemukan Tupai yang tertidur dalam kurungan. Kancil mencoba membangunkanya, tapi Tupai tak kunjung bangun. Diluar, terdengar suara Sang Serigala yang mengaduh merasakan giginya yang sakit. Dan kawanan Kancil pun menjadi panik. Lalu bersembunyi di semak belukar di sekitarnya. Tak lama kemudian muncullah Serigala…..


MUSIK TEGANG. SERIGALA MONDAR-MANDIR DAN MENDENGUS-DENGUSKAN HIDUNGNYA. IA MENCURIGAI KEBERADAAN KAWANAN KANCIL YANG MEMANG ADA DISEKITARNYA.


Serigala:
Hmm, sepertinya ada yang tidak beres disini. Ya….. seperti bau yang tidak asing. Ya, bau makanan lezat. (Serigala menghampiri tempat dimana Kancil bersembunyi)O, jadi ini….. (memungut setangkai bunga yang sudah mengering)aku kira makanan enak…. E, ternyata hanya bunga kering, sial.(melirik ke arah kurung) Oow, ternyata si bodoh sedang tidur. Biar sajalah. Daripada bangun malah membuatku pusing saja. Berteriak-teriak (meniru Tupai) Tolong…. Tolong…. Ah, lebih baik aku menyiapkan segala sesuatunya untuk nanti malam. Mmh,…. Daging Tupai dimasak dengan bumbu yang sedap. Enaaak….!!! (keluar)


KANCIL KELUAR DARI PERSEMBUNYIANNYA DENGAN SANGAT HATI-HATI. MEREKA MENARIK NAFAS LEGA.


Kancil:
Hampir saja……

Kera:
Cil, bagaimana sekarang?

Kambing:
Embeee…. Iya Cil, bagaimana sekarang?

Kancil:
Nah, sekarang kita harus dibagi dua. Kelompok pertama membebaskan Si Tupai dari kurungan, sementara yang lainnya mengawasi keadaan kalau-kalau Pak serigala datang lagi seperti barusan. Selanjutnya, kita semua akan membuat jebakan untuk menangkap Pak serigala, oke?

Koor:
(bersemangat) Oke, oke-oke saja Kancil…..

Kancil:
Sssstt…… Jangan keras-keras dong.


SEMUANYA SEREMPAK MENUTUP MULUT


Kancil:
Sekarang ayo kita lakukan !


Narator:

Maka bekerjalah mereka sesuai tugas yang telah diberikan kepada masing-masing. Tupai sudah dibebaskan. Dan jebakan pun sudah selesai dibuat. Mereka tinggal menunggu saat yang tepat untuk menghancurkan semua kejahatan yang pernah dilakukan Sang Serigala.


Tupai:
(setelah keluar) Terimakasih Kancil. Terimakasih kawan-kawan semuanya. Kalian telahmenyelamatkan hidupku. Dan kalau kalian tak ada pasti...

Kelinci:
Ah, kamu tak perlu bicara seperti itu kawan. Karena sudah seharusnya antar sahabat itu saling menolong.

Ayam:
Betul-betul. Betul sekali apa-apa yang dikata-katakan oleh Kelinci. Kukuruyuk…. Kitakan temenan. Betulkan…..?

Koor:
Ya, betul Tupai. Kita kan temen…..

Kancil:
Ya, berterimaksihlah hanya kepada Tuhan, Tupai.

Tupai:
Kawan-kawan, kalian sungguh sahabatku yang terbaik di dunia.


KEMUDIAN MEREKA SALING BERPELUKAN SATU SAMA LAINNYA. TAPI SUASANA YANG MENGHARUKAN TERSEBUT SIRNA MANAKALA SANG SERIGALA MASUK DENGAN TIBA-TIBA.


Serigala:
Oh, rupanya sedang ada reuni keluarga di rumahku, ya? Kok aku tak diundang…..

Koor:
Hah, S-E-R-I-G-A-L-A…..

Serigala:
He, apa yang kalian lakukan disini?

Koor:
La….lari…..!!!


SEMUA KAWANAN KANCIL LANGSUNG LARI. TAPI TAK MENINGGALKAN TEMPAT ITU. MEREKA MALAH MEMPERMAINKAN SANG SERIGALA YANG SUDAH SANGAT MARAH.


Serigala:
Jangan lari…. Mau kemana kalian….. Tunggu! (melihat kurungan yang sudah kosong) Aduh, dasar sial…... Bagaimana dengan gigiku? Awas kalian. Akan kubalas semuanya...
Ayo, kemarilah akan kutangkap kalian semua…….


SERIGALA TERUS MENGEJAR KAWANAN KANCIL YANG SANGAT CERDIK. DAN MEREKA TERUS SAJA MEMPERMAINKANNYA. SERIGALA JADI PUSING. SEHINGGA PADA SUATU KESEMPATAN YANG TEPAT, SERIGALA PUN MASUK DALAM PERANGKAP. SERIGALA TERKURUNG PADA TEMPAT DIMANA IA TELAH MENGURUNG SANG TUPAI. SERIGALA TERKUNCI DI DALAMNYA. SERIGALA MENJERIT MINTA TOLONG. KANCIL DAN KAWAN-KAWAN BERSORAK GEMBIRA KARENA TELAH MENGALAHKAN SERIGALA.


Tupai:
Nah Serigala, sekarang kau akan merasakan juga bagaimana rasanya terpenjara di dalam sana…..

Serigala:
Dasar Tupai bodoh, ayo keluarkan aku dari sini. Kalau tidak…..

Tupai:
Kalau tidak, mau apa?

Kancil:
Ah, sudahlah Tupai. Biarkan saja ia menikmati sakit giginya disana.

Koor:
Ya, sekarang rasain Serigala. Makanya jangan jahat….

Serigala:
Aduh, ampun….. Keluarkan aku dari sini…. Tolonglah….

Kambing:
Embeee…… Mari kawan-kawan kita pulang. Hari sudah mulai malam.

Serigala:
Hei, jangan pergi. Keluarkan dulu aku dari sini…..Hei binatang-binatang bodoh…… Tolong……Tolong….. keluarkan aku dari sini….. ampun….!!!


Narator:
Lalu mereka meninggakan tempat tersebut dengan serigala yang terkurung. sang serigala hanya bisa menangis sedih meratapi keadaanya. dan tak akan ada yang pernah mau menolong serigala itu. karena ia jahat. dan yang jahat harus mendapatkan hukuman yang setimpal.

Nah, begitulah teman-teman akhir kisah Serigala yang sakit gigi dengan kawanan Kancil yang cerdik. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita ini.


- The End -


Selesai ditulis 27 Juli 2001

Diketik ulang 21 September 2007

Bio Data Penulis :
Irvan Mulyadie, lahir di Tasikmalaya 18 Maret 1981. Aktif dalam berbagai kelompok kesenian di Priangan Timur. Yakni di Teater Dongkrak, Sanggar Sastra Tasik, Kelompok Performance Art KelelaWAR, Keluarga Seni Rupa Tasik, Kelompok Penulis dan Pembaca Priangan, Sanggar Seni Barak, Badan Pengurus Gedung Kesenian Tasik, Komunitas Matabambu, Direktur Forum Diskusi Kreatif Film Tasik, Eks. wartawan Tabloid Pendidikan Ganesha, dan kolumnis di beberapa media cetak.

Menulis puisi, cerpen, novel, naskah drama, esai, reportase, makalah seminar seni dan budaya, dan skenario film. Karya-karyanya telah banyak dipublikasikan di banyak media massa baik lokal maupun nasional serta cyber media di internet. Dan karya-karyanya termuat dalam berbagai buku antara lain : Orasi Kue Serabi (GKT, 2001) Poligami (SST, 2003) 6 Penyair Menembus Udara (Universitas Siliwangi, 2003) Sahabat Sunyi (BN, 2004) Lidah Petir (BN, 2004) Langari (B’zar Publishing, 2005), Antologi Puisi Penyair Jabar-Bali (bukupop Jakarta, 2005), dan Kumpulan Puisi Cinta “Tembang Kembara” (CV.Wahana Iptek Bandung, 2008).

Kini ia tercatat sebagai karyawan pada Dinas Permukiman Tata Ruang dan Lingkungan Hidup di Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya.

Alamat :

Jl. Nagrog Kidul Indihiang Rt.08/02 Indihiang Kota Tasikmalaya Kode Pos. 46151
DRAMA
DRAMA 
C
AT
H
ITAM MENDAKWA 
Pentas menggambarkan halaman belakang sekolah. Ada tembok bagian bagianbelakang sekolah itu. Di dekat tembok ada  semacam bangku panjang yang sudah luntur wana catnya terletak di sebelah kiri. Tampak pada tembok coret-coretan yang dibuat dengancat
:
PROTHOLS, XELEX, THORAX, dan lain-lainnya. Tampaknya, coretan itu belum lamadibuat. Catnya belum kering benar. Tatkala lakon ini berlangsung, waktu menunjuk saat istirahat. Dari sebelah kirimuncul dua orang anak, siswa dan siswi. Tuti menarik tangan bakri.  Tuti
:
(Nada mengajak) Lihat itu! Ayo, cepat. (Menarik tangan Bakri) Lihat itu.(Mereka tiba di depan tembok yang bercoret -coret dan memandangi tulisan itu.Tentu saja, Mereka membelakangi penonton, tetapi tidak perlu dipersoalkankarena ada alasannya).     Nah, percaya tidak kamu? Bakri
:
Gila! (Menyentuh coretan). Catnya belum kering benar, Tut. PadahalTembok ini baru dikapur oleh Pak Dullah seminggu yang lalu, ya k an? Tuti
:
(Berjalan menuju bangku dan duduk) Ya, aku juga tahu itu. Terlalu!Bakri
:
(Membalik ke arah Tuti) Siapa yang terlalu ?Tuti
:
Yaaaa««« siapa lagi ?Bakri
:
Jadi, kamu juga sependapat dengan Pak Guru bahwa si Muhdom yangmembuat coret-coret ini?Tuti
:
Aku tidak bilang sependapat, aku hanya mengatakan siapa lagi kan ?
Bakri
:
(Mendekati Tuti) Maksudmu siapa? (Duduk) siapa? Tuti
:
Aku tidak tahu. (Berdiri, berjalan ke arah tembok, kemudian membalik kemembalik ke arah Bakri).Tapi, kalau aku piker bahwa di sekolah kita hanya Muhdom yang seringmembantu Pak Guru membuat dekorasi panggung, hiasan kelas, dansebangsanya itu. Mungkin dugaan Pak Guru tidak terlalu salah. Bakri :  Ah, kamu ini, Tut. (Berdiri) Masak Muhdom? Dia sahabatku. Dan itu tidakmungkin. Tuti        :  Selama sahabatmu bukan malaikat, kemungkinan selalu ada. Lagi pula,siapa        yang pintar main-main cat seperti ini kecuali Muhdom? Bakri     :  Jika kemungkinan selalu ada, aku menduga ini perbuatan Nyoman
Tuti       :  Maksudmu Nyoman sahabatku? Itu tuduhan tidak berdasar. Bakri     :  (Tersenyum) Naaaah, kalau menurut kamubukan Nyoman, menurut aku,juga bukan Muhdom yang membuat coret-coretan ini. (Berjalan ke bangku danduduk) Kita memang tidak tahu. Kamu tidak mengerti, aku pun demikian pula.Huh !! (Memandangi tulisan itu) (Terdengar beberapa anak memanggil -manggil, ³Tut, Tuti.´)Tuti       : (Berteriak) Aku disini«..!!! (Ita,Tarso,dan Bardas muncul«.)Bardas :  Tut, Muhdom akan disidang nanti selepas jam terakhir !!! (MenatapCoretan dan mendekatinya, lalu geleng -geleng kepala tujuh kali) Tuti      :  oh, ya ? (Memandang Bakri) Bakri    :  (Kaget,lalu berdiri) Apa? Ita        :  Ya, si Muhdom!!! Kasihan, dia. (Melihat coretan, lalu geleng -gelengKepala delapan kali)  Tarso   :  Bagaimana, Kri. Dia kan sahabatmu««? Bakri    :  (Menahan marah) Gila!!! Pak Guru bilang begitu? (kepada Ita) Ita        :  Bukan, bukan Pak Guru. Bakri    :  Lalu si«««.. Tarso   :  (memotong) Tanjir yang ngomong. Bakri    :  Tanjir yang berbicara dan kalian percaya ? Bardas :  Habis, dia keluar dari ruangan guru terus bilang begitu. Siapa tidakPercaya?  (Semua terdiam, saling memandang. Sepi berlangsung tujuh detik. Bakri berjalanpelan-pelan menuju bangku lalu duduk. Berpikir. Ita mendekatinya dan duduk disebelahnya. Musik terdengar keras, gemuruh, lalu perlahan -lahan lenyap).
UNSUR-UNSUR INTRISIK DRAMA 

TEMA
Memecahakan masalah untuk mencari tahu siapa yang mencoret -coret temboktembok sekolah. 
ALUR/ PLOT
Drama di atas menggunakan alur maju. 
PERWATAKAN/ PENOKOHAN

Tuti
berburuk sangka 
Bakri
suka membela teman 
Tarso
suka menyindir  
Bardas
gampang percaya 
Ita
baik 
Tanjir 
suka mengadu 
LATAR/ SETTING
Di halaman belakang sekolah, waktu istirahat. 
SUDUT PANDANG
Drama tersebut menggunakan sudut pandang orang ketiga.  
MAJAS
Pleonasme pada kalimat ³selama sahabatmu bukan malaikat´. 

DIALOG
Dialog dilakukan oleh enam orang 

PARA PELAKU
1.Tuti                    4. Bardas2.Bakri                  5.  Ita3.Tarso                 6.  Tanjir   

AMANAT/ PESAN

Janganlah mencoret-coret tembok sembarangan dan jagalah kebersihan. 
Janganlah berburuk sangka terhadap orang lain.

No comments:

Post a Comment