BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling menarik tetapi pelik. Sebagai salah satu jenis sastra, puisi merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala unsur seni sastra mengental dalam puisi.
Puisi mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat membuat kita tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan emosi dan marah.
Sampai sekarang, puisi selalu mengikat hati dan digemari oleh semua lapisan masyarakat karena keindahan dan keunikannya. Oleh karena kemajuan masyarakat dari masa kemasa selalu meningkat, maka corak, sifat dan bentuk puisi pun selalu berubah, mengikuti perkembangan selera, konsep estetika yang selalu berubah dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat.
2. Tujuan
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami dengan baik bagaimana cara mengapresiasikan puisi anak beserta unsurnya. Selain itu mahasiswa sebagai calon guru yang insya Allah nantinya akan menjadi guru, diharapkan akan terbantu dengan pengetahuan yang mereka dapat, dari makalah ini tentang bagaimana membantu peserta didik dalam mengekspresikan karya sastra mereka. Sehingga nantinya tidak ada lagi kesalahan dalam bentuk pengapresiasian karya sastra khususnya puisi anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PUISI
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani ”poeima” atau ”Poesis” yang berarti pembuatan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut ”Poem” atau ”Poetry” yang berarti membuat atau pembuatan, karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Definisi puisi cukup banyak, salah satu pendapat yang cukup mudah dipahami diantaranya mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya Sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni struktur fisik dan struktur batinnya ( Waluyo.1995:28, dalam buku Drs.Supriyadi, Mpd. Pembelajaran Sastra yang apresiatif dan Integratif dari SD 2006:44 ). Berdasarkan asal-usul istilah puisi dari atas dan berbagai pendapat para ahli, pengertian puisi dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata, rima, dan irama sebagai media penyampaian untuk membuatkan ekspresi, ilusi dan imajinasi.
Bila dibandingkan dengan karya sastra fiksi atau drama, pilihan kata dalam puisi cenderung padat, singkat, imajinatif sehingga dikatakan mempunyai bentuk tersendiri. Penggunaan rima dan irama agar puisi lebih indah juga merupakan pembeda yang sangat signitifikan bola dibandingkan fiksi dan drama.
B. CIRI-CIRI PUISI ANAK:
1. Puisi anak adalah puisi yang berisi kegembiraan.
2. Mengutamakan bunyi bahasa dan membangkitkan semangat bermain bahasa.
3. Harus berupaya memperbaiki ketajaman imajinasi visual dan kata yang dipergunakan mengmbangkan imajinasi, dan melihat serta mendengar kata-kata dalam cara baru.
4. Menyajikan cerita sederhana dan memperkenalkan tindakan sehari-hari.
5. Ditulis berdasarkan pengalaman anak.
6. Berbentuk informasi sederhana yang membuat anak dapat menafsir dan menangkap sesuatu dari puisi itu.
7. Tema puisi harus menyenangkan anak-anak, menyatakan sesuatu kepada anak, menggelitik egonya, mengingat kebahagiaan, menyentuh kejenakaan dan membangkitkan semangat pribadi anak-anak.
8. Dapat dibaca anak-anak dan mudah dimengerti.
C. UNSUR-UNSUR PUISI:
Struktur fisik puisi sebagai metode pembacaan puisi harus dikaji mendalam, harus sedikit mengetahui tentang “Prosody” atau versifikasi yang didalamnya terdapat :
§ Rima : Pengulangan bunyi dalam puisi, untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi sehingga puisi menjadi merdu jika dibaca.
§ Ritma : Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga pengulangan bunyi, kata, frasa dan kalimat, yang didalamnya terdapat pertentangan bunyi: tinggi / rendah, panjang / pendek, keras / lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang – ulang sehingga membentuk keindahan.
§ Metrum : Pengulangan tekanan kata yang tetap.
Selain tersebut diatas, dalam menghayati puisi telaah yang lebih mendalam kestruktur yang lebih kecil yang meliputi :
Diksi: pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Pengimajian atau citraan: kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
kata kongkret: kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.
Bahasa figuran atau kiasan: bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu
Tifografi atau Pewajahan Puisi: bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
Hakikat puisi terdiri dari :
§ Tema : Subjek matter yang dikemukaan penyair, yang menjadi landasan utama pengucapannya.
§ Perasaan / felling : Perasaan yang diungkapkan penyair berpengaruh terhadap pemilihan bentuk fisik / metode puisi.
§ Nada dan suasana : Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.
§ Amanat : Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
D. CONTOH PUISI ANAK :
PUISI “ DOA“ KARYA CHAIRIL ANWAR
DOA
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Analisis Unsur Intrinsik
Tema:
Puisi “Doa” karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, Diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata bernaka ketuhanan. Kata “dua” yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan Sang Pencipta. Kata-kata lain yang mendukung tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak bisa terlepas dari Tuhan.
Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisi ”Doa” sangat tepat bila digolongkan pada aliran ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang menekankan segenap perasaan atau jiwanya. Perhatikan kutipan larik berikut :
Biar rusah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Aku hilang bentuk
Remuk
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Puisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan dialog dirinya dengan Tuhan. Kata “Tuhan” yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair sedang berbicara dengan Tuhan.
Nada dan Suasana:
Nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi.
Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca, maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah “pengembaraan di negeri asing”.
Perasaan:
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi ”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa berpaling.
Amanat:
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:
Tuhanku,
Di Pintu-Mu Aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Ø PUISI “DENGAN PUISI, AKU” TAUFIQ ISMAIL
Dengan Puisi, Aku
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
Analisis yang dilakukan pada puisi “Dengan Puisi, Aku” mencakup beberapa aspek atau unsur dalam suatu puisi, antara lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi dan rima, (3) citraan dan (4) penafsiran puisi.
Jenis Puisi:
Puisi “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail ini termasuk dalam jenis puisi diaphan. Hal ini karena pembaca dapat dengan mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan Taufiq Ismail. Walaupun menggunakan penggabungan kata-kata yang menyebabkan bahasa kias tetapi pembaca masih dapat dengan mudah menerjemahkan isi dari puisi tersebut. Berikut penggalan puisi yang menggunakan bahasa kias, tetapi masih dapat dipahami isinya oleh pembaca.
Dengan puisi aku bernyanyi
Dengan puisi aku bercinta
Dengan puisi aku mengenang
Dengan puisi aku menangis
Bunyi dan Rima
Bunyi:
Dalam sebuah puisi, bunyi tidak hanya memperindah bacaan puisi bersangkutan. Tetapi juga dapat meciptakan gambaran dalam angan-angan pembacanya. Bunyi juga dapat menciptakan suasana, sehingga kesedihan, keterpencilan, kerisauan, dan suasana-suasana yang lain yang diharapkan dapat dirasakan oleh pembacanya dapat terpenuhi akibat pemilihan bunyi pada puisi bersangkutan (Suharianto, 2005: 22).
Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” pembaca diharapkan merasakan bagaimana kecintaan Taufiq Ismail dalam berpuisi. Karena Bagi Taufiq, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi sampai akhir hayat, karena nyanyian yang indah menyenangkan pendengarnya (Sayuti, 2005:9).
Rima:
Rima adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi yang berguna untuk menambah keindahan suatu puisi. Dalam persajakan rima dapat dibedakan menurut: bunyi dan letak dalam baris.
Rima Awal
Dengan puisi aku bernyanyi
.............................................
Dengan puisi aku bercinta
.............................................
Dengan puisi aku mengenang
.............................................
Dengan puisi aku menangis
............................................
Dengan puisi aku mengutuk
.........................................
Dengan puisi aku berdoa
.........................................
Rima Akhir
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
Citraan:
Citraan merupakan gambaran yang timbul dalam khayal atau angan-angan pembaca puisi atau karya sastra umum. Gambaran dalam angan-angan seperti itu sengaja diupayakan oleh penyair agar hal-hal yang semula abstrak menjadi konkret, agar menimbulkan suasana khusus dan mengesankan (Suharianto, 2005 : 40). Citraan yang biasanya muncul dalam puisi antara lain: citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan gerak, dan citraan pencecapan.
Citraan penglihatan:
Citraan ini merupakan citraan saat penglihatan digugah untuk mencoba merasakan apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.
Citraan Pendengaran:
Citraan ini merupakan citraan manakala indra pendengaran akan digugah untuk merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair. Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.
Citraan Perabaan:
Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah indra peraba, sehingga dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.
..................................
Jarum waktu bila kejam mengiris
..................................
Pembaca diharapkan merasakan seperti teriris ketika mendengar dan membaca baris puisi tersebut.
Citraan Penciuman:
Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah indra penciuman, sehingga dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.
.........................................
Nafas zaman yang busuk
.........................................
Citraan Gerak:
Citraan jenis ini merupakan citraan yang menggambarkan gerak, atau menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.
Citraan Pencecapan:
Citraan ini merupakan citraan saat pencecapan digugah untuk mencoba merasakan apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi karya Taufiq Ismail ini tidak terdapat citraan jenis ini.
Penafsiran Puisi:
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Puisi ini adalah ungkapan seorang Taufiq Ismail, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi sampai akhir hayatnya, karena nyanyian yang indah dapat menyenangkan pendengarnya.
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Puisi adalah cinta, yang luas maknanya karena cinta itu universal dan bisa disampaikan melalui puisi.
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Puisi adalah bagian dari keimanan, aku mengenang artinya mengingat sang Pencipta untuk Keabadian yang akan datang, untuk mengingatkan diri agar tak lekang mengenang hari akhir yang abadi.
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Puisi juga media untuk meratap, menangis, bila kesedihan tak tertahankan yang diakibatkan diiris oleh waktu. Ketika waktu itu terlewati dengan hal-hal yang tidak bermanfaat tentunya kita akan menyesal bagai teriris pisau.
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Puisi adalah cara mengecam kezaliman, penindasan dan kesewenang-wenangan yang terasa buruk dan busuk, sekaligus sebagai saksi dari berbagai peristiwa sejarah.
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
Puisi adalah cara berdoa, cara untuk mengingat serta mendekatkan diri dengan sepenuh hati kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.
Ø Puisi “Kupu-Kupu” Umbu Landu Paranggi
Kupu-KupuDi tamanku ada seekor kupu-kupu
Selalu terbang dengan lucu
Aneka warna sayapmu
Indah dipandang selalu
Namun, orang suka usil padamu
Kau selalu diburu-buru
Sayapmu dicabuti
Badanmu diteliti
Wahai kawankuKau selalu diburu-buru
Sayapmu dicabuti
Badanmu diteliti
Jangan tangkap kupu-kupu
Lestarikan hewan itu
‘tuk menambah keindahan kebunmu
Hasil Analisis:
Analisis Diksi:
Bait ke-1
Di tamanku ada seekor kupu-kupu
Selalu terbang dan lucu
Aneka warna sayapmu
Indah dipandang selalu
Pada bait ke-1 kata-kata yang dipilih dan disusun (diksi) menunjukan suatu kekaguman dan keterpesonaan pada ciptaan Tuhan. Kata-kata yang digunakan sederhana tetapi mengandung makna yang dalam. Ketika dibaca perbaris makna itu belum terlihat, akan tetapi jika dibaca secara keseluruhan akan ditemukan makna yang penuh kekaguman. Walaupun pilihan kata yang digunakan sederhana tetapi membentuk susunan kalimat yang indah.
Bait ke-2
Namun, orang suka usil padamu
Kau selalu diburu-buru
Sayapmu dicabuti
Badanmu diteliti
Pada bait ke-2 ini, susunan kalimat yang dipilih dan digunakan lebih sederhan dari bait yang ke-1. Apabila bait yang ke-2 ini dicermati lebih mendalam akan menghadirkan suasana keperihatinan dan kesedihan terhadap nasib sang kupu-kupu.
Bait ke-3
Wahai kawanku
Jangan kau tangkap kupu-kupu
Lestarikan hewan itu
‘tuk menambah keindahan kebunmu
Pada bait yang ke-3 terdapat suatu pesan (makna) mulia yang disampaikan si penulis puisi untuk pembaca puisi.
Analisis Bahasa Kiasan:
Di dalam puisi yang berjudul “Kupu-Kupu” dari bait ke-1 sampai dengan bait ke-3 hampir semuanya tidak menunjukan adanya bahasa kiasan yang digunakan.
Analisis Bunyi:
Pada puisi Kupu-Kupu bait ke-1, struktur bunyi yang ditulis mempunyai kesan yang merdu (efoni) dengan kombinasi bunyi yang bernada bunyi-bunyi vokal (asonansi) (a, i, u, e, o), yang terdapat pada kata-kata : kupu-kupu, lucu, warna sayapmu, indah dipandang selalu. Rima yang terbentuk aa aa .
Sedangkan pada bait yang ke-2, struktur bunyi yang membangunnya mengkombinasikan bunyi yang bernada parau (kakafoni) dengan kombinasi yang terdapat pada kata usil, diburu, sayapmu dicabuti, badanmu diteliti. Semuanya menyiratkan bunyi yang parau (sedih), meskipun rima yang terbentuk aa bb. Jika dianalisis dengan cermat, rima aa bb pada bait yang ke-2 ini terjadi sifat negatif (asosiasi). Sehingga tampak kuat suasana yang tercipta adalah tentang kesedihan dan keperihatinan.
Pada bait yang ke-3, dalam penggunaan kata dan kombionasi yang tercipta , kata tangkap mengandung asosiasi berempati dan ingin merasakan kesedihan. Kombinasi bunyinya terkesan indah (efoni) dengan kalimat : lestarikan hewan itu, ‘tuk menambah keindahan kebunmu.
Analisis Amanat:
Amanat yang terkandung dalam puisi kupu-kupu adalah ajakan agar bisa melestarikan dan menjaga alam dan lingkungannya supaya tetap indah.
Hubungan Antar Unsur:
Hubungan antar unsur puisi Kupu-Kupu yaitu diksi, bahasa kiasan, bunyi, dan amanat adalah baik. Sekalipun puisi ini ditulis oleh seorang yang masih anak-anak , tetapi cukup memberikan makna dan kesan dengan pilihan kata yang sederhana tetapi mempunyai bunyi yang cukup indah serta menyampaikan pesan yang luhur untuk anak-anak dan orang.
Ø PUISI “IBUNDA TERCINTA” UMBU LANDU PARANGGI
Ibunda Tercinta
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
duka derita dan senyum yang abadi
tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi
dari ujung rambut sampai telapak kakinya
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
korban, terima kasih, restu dan ampunan
dengan tulus setia telah melahirkan
berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
cinta kasih sayang, tiga patah kata purba
di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya
Makna Keseluruhan
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
duka derita dan senyum yang abadi
tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi
dari ujung rambut sampai telapak kakinya
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
korban, terima kasih, restu dan ampunan
dengan tulus setia telah melahirkan
berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
cinta kasih sayang, tiga patah kata purba
di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya
Makna Keseluruhan
a.Makna Esensial
Ibunda Tercinta puisi karya Umbu Landu Paranggi mempunnyai gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang yakni tentang kehidupan yang dialami seorang ibu dalam mengarungi kehidupan yang penuh penderitaan dan kegembiraan.Walaupun seorang ibu merasa dalam keadaan susah dia berusaha bahagia di mata anak serta keluarganya.
b. Kata Kunci
Kata kunci dalam puisi ibunda tercinta yaitu /perempuan tua/ karena diulang tiga kali dan terdapat pada baris pertama awal kata tiap bait. Makna ‘perempuan tua’ berarti perempuan yang sudah tua, kulitnya keriput, rambut mulai memutih, sudah berkeluarga, sering sakit-sakitan, dan biasanya ditujukan pada perempuan yang hidupnya tidak lama lagi.
Kata ‘perempuan tua’ pada bait pertama menggambarkan kehidupan perempuan yang sudah mengalami susah dan senang dalam hidupnya. Bait kedua menggambarkan perempuan yang kadang kala mendapat hinaan dan pujian dalam hidupnya. Walaupun begitu sifatnya selalu lemah lembut, ikhlas, dan tulus dalam hidupnya. Bait ketiga menggambarkan seorang perempuan yanng selalu memberikan cinta kasih yang kekal dan tidak akan pernah pudar walau zaman telah berubah demi anak-anaknya berhasil menggapai impian.
c.Kata Inti
Kata inti pada puisi ibunda tercinta terdapat pada kata ‘abadi’, ‘puisi’, ‘ampunan’, dan ‘melahirkan’.
Kata ‘abadi’ dalam puisi di atas artinya kekal tidak pernah pudar atau dimakan usia. Kata ‘puisi’ melambangkan suatu sajak yang merdu penuh alunan seolah-olah ibu diibaratkan sebuah puisi yang berharga atau mulia. Kata ‘ampunan’ bermakna suatu pengampunan atas suatu kesalahan yang diperbuat demi suatu tujuan yang lebih mulia. Kata ‘melahirkan’ bermakna seorang perempuan yang pada akhirnya menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya.
Kata ‘abadi’ dalam puisi di atas artinya kekal tidak pernah pudar atau dimakan usia. Kata ‘puisi’ melambangkan suatu sajak yang merdu penuh alunan seolah-olah ibu diibaratkan sebuah puisi yang berharga atau mulia. Kata ‘ampunan’ bermakna suatu pengampunan atas suatu kesalahan yang diperbuat demi suatu tujuan yang lebih mulia. Kata ‘melahirkan’ bermakna seorang perempuan yang pada akhirnya menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya.
Tata Bahasa:
Ibunda Tercinta merupakan puisi karya Umbu Landu Paranggi menggunakan bahasa sastra yang dapat dikatakan cukup indah. Puisi tersebut mempunyai perlambangan yang sangat puitis, apabila puisi tersebut kita pahami dengan teliti larik /duka derita dan senyum abadi/ pada kata /duka derita/ melambangkan derita diterima oleh ibu. Kata ‘senyum’ melambangkan suatu kegembiraan. Dalam penggabungannya larik /duka derita dan senyum abadi/ dapat melambangkan susah senang yang dialami oleh seorang ibu.
Larik /tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi/ melambangkan ibu seperti sajak yang bertemakan kasih sayang yang tulus kepada anaknya.
Larik /korban, terima kasih, restu, dan ampunan/ melambangkan ibu yang dalam hidupnya selalu menderita dan ada saatnya mendapat pujian. Ibu selalu berdoa demi anaknya dan memaafkan kesalahan yang dilakukan anaknya agar bisa berhasil mencapai tujuan.
Larik /dengan tulus setia telah melahirkan berpuluh lakon/ melambangkan begitu tulusnya seorang ibu dengan kelahiran anaknya. Larik /nasib dan sejarah manusia/ melambangkan ibu yang telah melahirkan anak-anaknya dengan berbagai karakter dan menentukan arah dari sejarah manusia.
Larik /cinta kasih sayang tiga patah kata purba/ melambangkan kasih sayang seorang ibu yang tidak akan pernah berubah walaupun sampai akhir zaman. Larik /di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri/ melambangkan begitu besar beban seorang ibu yang berusaha mengangkat derajat anaknya agar tercapai dan berhasil. Larik /menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya/ melambangkan ibu yang setia dan berusaha agar anaknya bisa berhasil.
Analisis Tata Bahasa:
Larik pertama /perempuan tua itu bernama/ merupakan lambang yang digunakan oleh penyair dalam menyebut seorang perempuan yang sudah berkeluarga dan memang kodratnya menjadi seorang ibu. Larik di atas juga terdapat pada bait ke-2 dan bait ke-3. Larik /duka derita dan senyum abadi/ digunakan penyair untuk menyampaikan pesan bahwa seorang ibu di setiap hidupnya mengalami suka dan duka dalam mendidik anaknya.
Bait ke-2 penyair menyampaikan pesan bahwa begitu mulianya seorang ibu. Walaupun ibu menderita atau susah tetapi selalu memaafkan kesalahan anaknya dengan tulus tanpa pamrih atau imbalan demi cita-cita anaknya tercapai.
Bait ke-3 penyair menyampaikan bahwa kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah berubah hngga akhir zaman dan berusaha mengangkat derajat anaknya untuk menggapai impian.
Majas:
Gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam puisi Ibunda tercinta merupakan majas perbandingan (metafora) yang membandingkan dua hal benda secara singkat dan padat ditemukan dalam larik /perempuan tua itu senantiasa bernama/ pada bait ke-1, ke-2, ke-3, dan baris ke-1 masing-masing bait.
Gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam puisi Ibunda tercinta merupakan majas perbandingan (metafora) yang membandingkan dua hal benda secara singkat dan padat ditemukan dalam larik /perempuan tua itu senantiasa bernama/ pada bait ke-1, ke-2, ke-3, dan baris ke-1 masing-masing bait.
Aspek Bunyi:
a.Persajakan (rima)
Persajakan merupakan bunyi yang sama dalam puisi (Sayuti,2003:104). Ditambahkan oleh Atmazaki (1991:80) bahwa bunyi itu berulang secara terpola dan biasanya terdapat ditengah larik sajak (puisi), tetapi kadang-kadang pula terdapat ditengah baris.
Perempuan tua itu senantiasa bernama a
duka derita dan senyum yang abadi b
tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi b
dari ujung rambut sampai telapak kakinya a
Perempuan tua itu senantiasa bernama a
korban, terima kasih, restu dan ampunan c
dengan tulus setia telah melahirkan c
berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia a
Perempuan tua itu senantiasa bernama a
cinta kasih sayang, tiga patah kata purba a
di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri b
menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya a
Puisi karya Umbu Landu Paranggi berjudul Ibunda Tercinta di atas menggunakan pengulangan larik serta persamaan rima seperti dalam larik /perempuan tua itu senantiasa bernama/ yang terdapat pada baris ke -1. Larik tersebut juga terdapat pada awal bait ke -2 dan bait ke -3.
Persamaan rima juga terdapat dalam kata ‘abadi’ baris ke-2 dan kata ‘puisi’ pada baris ke-3 demikian juga pada baris ke-6 kata ‘ampunan’ dan kata ‘melahirkan’ pada baris ke-7.
b.Aliterasi
Atmazaki mengatakan jika pengulangan bunyi dalam satu rangkaian kata-kata yang berdekatan dalam satu baris berupa bunyi konsonan disebut aliterasi. Puisi Ibunda Tercinta bunyi aliterasi terdapat pada bait ke-1 dan baris ke-3 larik /tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi/ ditemukan konsonan /t/ sebanyak lima kali.
Atmazaki mengatakan jika pengulangan bunyi dalam satu rangkaian kata-kata yang berdekatan dalam satu baris berupa bunyi konsonan disebut aliterasi. Puisi Ibunda Tercinta bunyi aliterasi terdapat pada bait ke-1 dan baris ke-3 larik /tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi/ ditemukan konsonan /t/ sebanyak lima kali.
c.Asonansi
Puisi Ibunda Tercinta terdapat asonansi pada baris ke-1 dan bait ke-1, baris ke-1 dan bait ke-2, serta baris ke-1 bait ke-3. Asonansi pusi berupa bunyi vokal /a/ dalam larik /perempuan tua itu bernama/.
Puisi Ibunda Tercinta terdapat asonansi pada baris ke-1 dan bait ke-1, baris ke-1 dan bait ke-2, serta baris ke-1 bait ke-3. Asonansi pusi berupa bunyi vokal /a/ dalam larik /perempuan tua itu bernama/.
d.Efoni dan Kakafoni
Efoni dalam puisi Ibunda Tercinta dapat ditemukan kata ‘senyum’ yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dengan lambang bunyi /u/. Efoni juga terdapat dalam kata /cinta kasih/ pada bait ke-3 baris ke-2 dengan lambang bunyi /a/.
Kakafoni dalam puisi Ibunda Tercinta dapat ditemukan dalam kata ‘duka’ pada bait ke-1 baris ke-2, dan kata ‘korban’ pada bait ke-2 baris ke-2.
e.Irama dan Metrum
Irama adalah sarana kemerduan (Atmazaki, 1993:92). Irama sebuah sajak tidak hanya oleh bunyi-bunyi yang tersusun rapi, dan terpola. Irama juga ditentukan oleh suasana yang ada dalam sajak, sementara yang menentukan suasana tersebut tidak hanya bunyi, melainkan juga kata dan diksi. Suasana sedih biasanya tidak menimbulkan irama cepat atau tinggi, sebaliknya suasana marah atau riang tidak menimbulkan irama rendah atau tinggi.
Pada puisi di atas dapat diperoleh irama yang berbeda tergantung kepada arti dan maksud dari puisi yang akan dibacakan.
Metrum adalah bagian dari irama. Puisi Ibunda Tercinta di atas yang merupakan metrum adalah terdapat pada pola persajakannya. Serta ada pemenggalan dalam membacakannya( pemberian jeda).
Perempuan tua itu senantiasa bernama
korban, terima kasih, restu dan ampunan
dengan tulus setia telah melahirkan
berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia
Dapat kita temukan metrum atau jeda setelah kata /perempuan tua/ kemudian dilanjutkan kata /senantiasa bernama/ bisa juga kata /perempuan tua itu/ kemudian dilanjutkan dengan kata yang kedua yaitu kata /senantiasa bernama/ dan kemudian seterusnya pada bait dan baris selanjutnya. Pemenggalan larik /perempuan itu senantiasa bernama/ terdapat kata ‘itu’ yang merupakan kata tunjuk dasar atau demonstrativa. Jadi, pemenggalan kata menjadi tiga bagian kata yaitu kata /perempuan tua/, ‘itu’, dan /senantiasa bernama/.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hakikat Sastra anak adalah karya Imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan, dan pikiran anak secara jujur, yang secara khusus ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang anak-anak atau orang dewasa. Topik Sastra anak dapat mencakup seluruh kehidupan manusia atau binatang yang mengandung nilai-nilai pendidikan, moral, agama, atau nilai positif lainnya.
Manfaat nilai Sastra anak bagi perkembangan kepribadian anak adalah sebagai berikut:
1) Memberikan nilai kesenangan bagi anak dari sastra yang didengarnya, akibatnya rasa senang itu dapat memotivasi anak untuk menyukai sastra dengan jalan membacanya.
2) Mengembangkan pemahaman anak tentang tingkah laku manusia yang berbeda-beda, yang sangat berguna bagi masa depan anak kelak.
3) Memberikan pengalaman yang universal.
SARAN
- Hendaknya pihak sekolah menambah kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni, agar siswa mendapat bimbingan dan lebih dapat mengekspresikan bakatnya.
- Hendaknya sekolah mengadakan pagelaran / pertunjukan, agar siswa lebih matang dalam mengembangkan bakat seni.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.Dewi. 2008. Pengertian Fungsi dan Ragam Sastra. dewi-biru.blogspot.com.
No comments:
Post a Comment